Selasa, 04 Maret 2014



That’s Strong Why

                Bansa jepang adalah bangsa yang sangat menyukai makanan mentah terutam ikan mentah yanga segar. Tidak seperti indonesia yang mempunyai perairan luas, jepang memiliki perairan yang terbatas sehingga nelayan harus menempuh perjalanan yang panjang untuk mengarungi peraiaran yang luas agar dapat menangkap ikan. Agar ikan tetap segar , para nelayang mendisain kapal dengan ukuran besar. Makin jauh pula jarak yang harus ditempuh tatkala jarak yang harus ditempuh pulang jauh pula.
Dengan kondisi ini, ikan hasil tangkapan sudah tidak segar lagi. Bahkan sebagian aroma ikan itu menurunkan selera makan orang jepang. Para penggemar ikan tidak menyukai ikan yang tidak segar lagi, apalagi dengan aroma yang telah berubah. Harga ikan tangkapan jatuh, dan nelayan mengalami kerugianlebih lanjut, para nelayan menciptakan baru, yaitu melengkapi kapal mereka dengan lemari pendingin.
Para nelayan sekarang bisa melaut lebih jauh dengan kapal mereka yang dilengkapi dengan lemari pendingin,namun para penggemar ikan segar di jepang bisa membedakan mana ikan segar , dan mana ikan yang telah dibekukan.
Tidak kehilangan akal pera nelayan jepang kembali melakukan improvisasi. Mereka menempatkan tengki besar didalam kapal sehingga ikan hasil tangkapan masih hidup ketika dijual, dan kesegaran pun terjaga. Namun semakin banyak ikan yang ditangkap maka ikan akan semakin sulit bergerak di dalam tangki. Tidak seperti gerakan ikan di laut lepas, dan kurangnya gerak pada ikan tentara mempengaruhi tekstur daging ikan. Dan tentu saja penggemar ikan sangat fanatik terhadap tekstur ikan. Harga masih belum maksimal.
Ide bagus akhirnya mauncul dibenak para nelayan untuk menjaga agar ikan segar tetap bergerak. Mereka memasukkan hiu kecil kedalam tangki. Tentu seisi tangki akan panika dengan adanya hiu didalam tangki tersebut, dan ikan berenang dengan sekuat tenaga agar tidak diamakan hiu. That’s strong why.

                                                                                                By : Felix Y. Siauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar